Chicken Shumai, Cerita Tentang Memulai Sesuatu

Hola Genks,

Belakangan, isi obrolan saya dengan beberapa teman adalah seputar makanan. Biasanya berawal dari saling mengomentari status yang kami upload di media sosial. “Waaa apa itu?” atau “Eh loukumandes ya?” atau “Mau doong!” atau hanya berupa emoticon.

Dan komen-komen tersebut akan berlanjut pada obrolan recook resep, trick and tips memasak, harga peralatan, termasuk ngrasani penjaga tobaku yang jutek. hihihi.

Nah, dari saling komentar dan ‘mengkompori’ itu, beberapa hari lalu saya coba me-launching shumai ayam buatan saya. *Cieee

Dengan bekal ngiklan di status WhatsApp penjualan pertama laku 3 box. Dan dipuji enak pula. hip hip hooray dong ya.

Baca juga : bikin shumai ayam sendiri yuk

Dan berturut-turut setiap hari ada saja yang ‘terjebak’ untuk mencoba shumai ayam ala Mumma. Walau dari segi angka penjualan belum kebeli emas permata, tapi efek happy nya bisa bikin wajah glowing seperti pakai skincare korea 🀣

Buat kalian yang punya resep andalan keluarga jangan ragu untuk mencoba di tawarkan pada sekitar. Barangkali jalan rejekinya memang lewat situ. Beruntung kita berada di jaman internet, soal pemasaran bukan hal yang sulit. Share saja di status WhatsApp pasti ada saja yang tertarik.

Ada kalimat yang pernah saya baca dari status WA seorang teman, begini kira-kira :

Tetap jualan saja, tidak perlu khawatir soal pembeli

Biar nanti Tuhan yang kirim pembelinya

chicken shumai ala mumma

-Ta-

Published by lfitriany

Perempuan yang punya mimpi setinggi langit. Lebih nyaman dengan aktivitas sendiri, tanpa melibatkan banyak orang. Suka baca cerita detektif tapi ga suka kepoin orang. -Namaste-

39 thoughts on “Chicken Shumai, Cerita Tentang Memulai Sesuatu

      1. Mbak Sita, postnya sangat tempting dan membuat makin lapaar! Pas banget soalnya aku belum sarapan tadi pagi hehe. Pengen deh bisa masak, supaya bisa jualan seperti Mbak juga.

        Btw salam kenal ya Mbak, aku dari kelasnya Ruang Aksara hihi

        Like

      2. aku dulu juga ga bisaa mbak πŸ˜„ akhirnya tercerahkan lah saat anak-anak makin gede dan napsu nyemilnya jg makin gede klo beli mulu kasian isi dompet. iya salam kenal jg mbak ibel.πŸ˜‰

        Like

    1. Happy banget ya kalau ada pembeli yang beli produk kita dan mereka sukaa, segala kelelahan terbayar sudah, tak hanya soal duit..semoga makin laris ya siomaynya say…

      Like

  1. Coba tetanggaan mba, aq order pasti πŸ˜… maklum, mamak2 ga bisa bebikinan πŸ™ˆ

    Bedakah shumai ama siomay? πŸ˜„βœŒ

    Salam kenal mba, saya eva dr klas ruang aksara πŸ˜‡

    Like

    1. pindah sini dong biar tetanggaan hahaha. mgkn sama ya kena pelafalan orang kita jadinya siomay tapi klo kita bilang siomay tuh pikirannya langsung siomay bandung yg makannya pake saus kacang ya. klo shumai mikirnya ke keluarga dimsum gitu yg makannya dicocol saus cabe/tomat lebih cocoknya (menurutku) hihihi.

      Like

  2. Aku sudah segede gini, rasanya ga pede-pede buat jualan, Mbak. Apalagi kalau itu buatan sendiri. Bagi tips donk, Mbak biar pede jualan karya sendiri (kalau aku sih lebih ke rajutan). Bisa dibikin postingan blog… eh atau udah pernah ditulis ya?^^

    Like

  3. Perlu banget di garis bawah, harus coba perkenalkan ke sekitar πŸ’ͺ.
    Belajar belajar biar rasa nya konsisten ya mba. Suka ga PD takut rasanya ga sama waktu buat pertama dan selanjutnya hehe

    Like

  4. “biar tuhan yg kirim pembelinya”

    Oke. Ini quotes cocok banget buat yg jualan apa aja. Memotivasi banget. Kadang gitu, aku juga klo bakulan suka duh pengen nyerah aja..tp jd semangat lagi pas nemu quotes ini…πŸ˜€

    Like

  5. quotesnya memotivasi banget buat aku yg kalo mau jualan mikir “nanti ada yg beli ga ya” πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: