Hai, bagaimana libur lebarannya?
Silaturahmi dengan sodara? Check
Kulineran membabi buta? Check
Berat badan naik! Check. š
Saya naik 2 kg dong. Bete banget *nyemil nastar.
Stop.. stop! Yuk, waktunya bakar kalori mumpung libur sekolah masih panjang. Mmmh apa ya? Any idea?
“Kemping Yuuk!”
“Let’s Go!”
Jadi, waktu itu hari kamis, kami berempat sedang berkumpul di ruang tamu yang merangkap jadi ruang keluarga. Suami didepan laptop, saya sedang khusuk mantenginĀ pinterestĀ sambil nyemil keripik singkong oleh-oleh si mbak, R lagi nonton kartun di TV dan G sedang menggambar. Tiba-tiba suami melempar ide, “Anak-anak, mau kemping ga?” “Mauuu!” Serentak anak-anak menjawab. Saya belum merespon, karena terlena keripik singkong. “Gimana mami?” Suara suami terdengar lagi. “Ayo!” Jawab saya. Tetep sambil ngunyah keripik.
Sebenarnya ide berkemah ini sudah lama muncul. Hanya saya dan suami masih gojak-gajekĀ (baca: bimbang) apa iya anak-anak bisa menikmati aktivitas bermalam di tenda. Tapi setelah melihat semangat mereka, apa salahnya kalo dicoba, pasti seru tidur kruntelanĀ di tenda di alam terbuka bermandikan cahaya bulan dan kedipan bintang. Tsaelaah.
Make story short, after chit chat ini itu dan itu ini, akhirnya sepakat besoknya kami berangkat.
Saya lalu membuat check list barang bawaan. Setdah mirip orang pindahan, A to Z dibawa. Semua barang masuk list, termasukĀ boneka owl punya R dan boneka domba punya G.

Jumat pagi kami mulai packing, mengikuti check list yang sudah dibuat dan hasilnya bagasi kendaraan penuh dengan barang bawaan. Hahaha. Kira-kira jam setengah satu siang kami berangkat dan tiba di kakek bodo camping ground sebelum jam tiga sore.
Oh iya Kakek Bodo kami pilih karena relatif dekat dengan kota tempat kami tinggal serta aksesnya yang mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi. Dan, rencananya kami akan lanjut naik ke air terjun sebelum pulang.



Jam setengah lima sore tenda udah berdiri dan sebelum maghrib api unggun sudah menyala yang kemudian dirayakan anak-anak dengan bernyanyi sepenggal lirik ‘api unggun sudah menyala’ sambil menari mengitari api. Transisi waktu menuju gelap kami isi dengan duduk di depan api unggun dan mengobrol.
Saat matahari sepenuhnya terbenam dan sekitar menjadi gelap gulita merupakan pengalaman baru buat G dan R. Kami hanya bergantung pada senter setiap saat hendak beraktivitas. Saya pikir mereka akan takut, tapi ternyata tidak. Mereka tetap berani dan percaya diri seperti saat situasi masih terang benderang. Malahan sangat menikmati. Dan sekitar jam 10 malam kami ke toilet untuk kencing, R berjalan paling depan memimpin barisan kami bertiga.
Kami berbaring di luar tenda memandang langsung langit yang berhias bulan dan kelip bintang. “That’s very cool mommy” Kata G sambil menunjukkan jarinya ke atas. Hawa dingin mulai terasa menusuk dan kami memutuskan masuk kedalam tenda, berjejal menciptakan kehangatan. Dan tidak butuh waktu lama untuk anak-anak terlelap.
Sayapun tidur lelap walaupun beberapa kali terbangun, itu hanya karena membetulkan posisi tidur. Esoknya saya terbangun oleh kicauan burung. Saat keluar tenda hawa dingin terasa menerpa wajah dan bagian tubuh yang tidak terlindung mantel. Saya melihat suami terbungkus selimut dari kepala sampai kaki meringkuk di atas tikar di depan tenda. Rupanya karena tenda terlalu sempit dijejali berempat, tengah malam dia pindah tidur diluar.
Tak lama G dan R bangun. Kemudian kami berjalan menuju toilet, pipis dan mencuci peralatan makan sisa semalam.


Sekembalinya dari toilet saya dan G menemukan spot foto yang sayang kalo dilewatkan. Kami bergantian mengambil gambar bertema stand tall and proud.Ā Aseeek. Oiya kalo kalian bertanya kemana R, hehehe tentu saja dia ga bakal mau menghabiskan waktu mengambil gambar. Mending mengeksplore setiap sudut pepohonan dan berlari kesana kemari.
Sarapan time. Dengan menu telur ceplok tawar -karena lupa bawa garam- *nyengir, sosis panggang, nasi putih, dan pop mie. Proses memasaknya saya sebut lazy cooking, karena saya hanya duduk bersila di tikar, tanpa perlu berdiri dan jalan kesana kemari mengambil bahan dan peralatan dan masakan matang hahaha.

Selesai sarapan kami jadi punya energi untuk menjelajahi tanjakan dan turunan dan pastinya beberapa pose yang diabadikan kamera untuk mensahkan pengalaman.Ā Here we are:



Jam menunjukkan pukul 10 pagi, sinar matahari menerobos pepohonan yang memayungi kami dan kehangatan terasa karenanya. Tiba saatnya kami berkemas untuk bersiap pulang. Kami berjanji akan mengulang kembali pengalaman ini.
–Ta–
Serunyaaaa acara ngemping, kak …
Ngajak anak-anak berkegiatan ngemping seperti ini mengajarkan anak untuk mencintai alam sedari kecil.
Good idea š
LikeLiked by 1 person
iya. seruuu saya pikir mereka akan takut pas malem karena gelap ,ternyata malah enjoy. iya dan pengalaman anak-anak jadi beragam bagus jg buat kepercayaan diri mereka.
makasih udah mampir ya
LikeLike